Kemarahan Yang Menjadi Api


Api berkobar dimana-mana. 


Media elektronik dan cetak melakukan pembusukan terhadap aksi penolakan ini. Polisi serta TNI dengan persenjataan lengkap diturunkan dalam jumlah yang melebihi demonstran dengan instruksi "melakukan segala cara" untuk memukul mundur para pemrotes. Intel dan preman bayaran disusupkan di antara warga sekitar dan para pemrotes itu sendiri. Perang jalanan dimulai.

Di Makassar, orang-orang tumpah ruah kejalan. Tidak hanya pada satu titik. Namun kemarahan menyebar ke beberapa titik di kota Makassar. Sejak empat hari sejak berita ini diturunkan, di ujung Jalan Pettarani hingga Jalan Alauddin, para pemrotes melakukan aksi boikot jalan dan dibalas dengan pengepungan oleh Brimob (Brigade Mobil), TNI serta PM (Polisi Militer). Aparat negara bersenjata lengkap ini mengepung para pemrotes dengan pasukan bertameng dan melakukan menembakkan gas air mata serta peluru karet. Sementara pemrotes yang marah hanya bersenjatakan bom molotov dan batu serta tameng rakitan melakukan perlawanan hingga dini hari sejak hari pertama aksi dilakukan. Polisi berupaya menangkapi dan memukuli pemrotes tersebut. Kepungan dan represifitas aparat semakin beringas saat hari semakin malam.

Di Jalan fly over Urip Sumoharjo di Makassar, sejak tanggal 28 Maret 2012 kemarin dipenuhi oleh demonstran hingga menjalar ke daerah Tamalanrea, Daya dan Perintis. Kemudian beberapa hari sebelum rapat penentuan kenaikan BBM berlangsung, para demonstran melakukan pengrusakan properti di beberapa titik aksi, pembakaran dan penghancuran pos polisi di jalan Pettarani, pengrusakan KFC di daerah yang sama, pengrusakan Pizza Ria Cafe di daerah Tamalanrea, penghancuran kaca Alfamart di SPBU Tamalanrea dan pengrusakan lampu lalu lintas di beberapa tempat.

Tanggal 30 Maret 2012 kemarahan semakin membesar dan menyebar kemana-mana. Sejak pagi para pemrotes sudah melakukan aksi boikot jalan di Jalan Pettarani, Jalan Alauddin, depan kampus Universitas 45, depan kampus Universitas Negeri Makassar hingga kemudian menjalar dengan terjadinya penutupan jalan di depan kampus UIM, STIMIK, UKIP, UVRI dan Universitas Hasanuddin (Unhas). Mahasiswa UMI bahkan melakukan aksi pembongkaran pagar kantor Gubernur untuk dijadikan pembatas jalan dalam aksi boikot tersebut. Walhasil kemacetan dimana-mana dan pihak kepolisian serta TNI diturunkan dengan perlengkapan perang berupa mobil water canon, gas air mata, peluru karet, senjata api dan pasukan bertameng.

Perang jalanan akhirnya terjadi di berbagai titik dengan beragam yel-yel kemarahan yang diteriakkan oleh semua orang. Dimulai dari perang jalanan yang pecah di Jalan Alauddin, merayap dan membesar di flyover Urip Sumoharjo, hingga akhirnya meluas hingga ke Tamalanrea. Guyuran hujan pada malam itu membuat pemrotes semakin bersemangat melakukan perlawanan terhadap aparat keparat penjaga penindasan yang menembaki gas air mata serta peluru karet secara beruntun ke arah para pemrotes.

Api ini sendiri tidak hanya berkobar di Makassar, namun juga menyala dalam berbagai bentuknya di berbagai kota seperti Medan, Yogyakarta, Bima, Palu, Maluku hingga ibukota Jakarta. Dalam aksi ini, korban hasil tindakan represif aparat mencapai puluhan orang. Informasi yang berhasil dikumpulkan mencatat bahwa ada 9 orang yang tertembak di Jakarta, 1 orang juga ikut tertembak di Makassar dan puluhan orang yang mengalami cedera berat dan ringan, tertangkap atau diculik dalam aksi ini. Dan masih banyak korban lainnya.

Publikasi berita ini tidak lain merupakan bentuk solidaritas dan rasa malu dari kami yang ada di balik layar komputer dan terjebak di dunia cybernet yang memisahkan aksi dan realisasi hasrat di jalanan. Dengan rasa hormat yang mendalam, kami mengirimkan salam kepada semua mereka yang telah mengungkapkan kemarahan dengan jujur melalui nyala api, lemparan batu dan rusaknya properti kapital dan negara. Kalian adalah para pemberani!

Panjang umur kemarahan!
Panjang umur aksi pengrusakan properti Kapital dan Negara!
Panjang umur para kombatan di berbagai tempat yang sedang berlawan!

di sadur dengan beberapa perubahan tidak penting dari Redaksi Kokem
Repost from NEGASI