Kalau
itu adalah patriotisme, hanya sedikit orang Amerika yang bisa menjadi
patriotik, karena tempat bermainnya sudah dibangun menjadi pabrik-pabrik dan
dengungan mesin telah menggantikan musik (kicauan) burung.
Kalau
begitu, apakah patriotisme itu? Leo Tolstoy, anti patriotisme terbesar zaman
ini, mendefinisikan patriotisme sebagai suatu prinsip yang membenarkan
pelatihan pembunuh; suatu usaha yang memerlukan peralatan yang lebih canggih
untuk membunuh manusia daripada untuk membuat keperluan manusia, misalnya,
sepatu, pakaian dan rumah; usaha yang dapat membawa kebesaran dan sukses, lebih
daripada usaha-usaha lain.
Gustava
Herve, juga seorang anti patriot yang besar, mengartikan patriotisme dengan
tepat. Menurutnya, patriotisme adalah takhyul yang lebih bahaya dan brutal daripada
agama. Takhyul agama berasal dari ketidak mampuan manusia untuk menjelaskan
fenomena alami. Misalnya, ketika seorang manusia primitif mendengar geledek dan
melihat kilat, dia tidak dapat menjelaskan kejadian itu dan menganggap bahwa
ada kekuatan yang lebih besar darinya. Dia juga akan menganggap semua fenomena
lain, seperti hujan sebagai fenomena gaib. Lain dengan patriotisme yang
merupakan takhyul yang diciptakan dan dipertahankan secara artifisial, melalui
jaringan penipuan dan kebohongan; tahkyul yang merebut kehormatan seseorang dan
membuatnya sombong.
Memang,
egoisme dan kesombongan adalah sifat-sifat yang harus dimiliki seorang patriot.
Saya akan coba menjelaskan pernyataan di atas. Paham patriotisme menganggap
bahwa dunia ini terpecah menjadi bagian -begian kecil, setiap bagian
dikelilingi pintu besi. Mereka yang beruntung (kebetulan) lahir dalam sebuah
bagian tersebut, akan menganggap diri mereka lebih tinggi derajatnya, lebih
pandai dan lebih segala-galanya (dibandingkan dengan manusia di luar pintu
besinya). Jadi merupakan tugas bagi setiap orang yang lahir di bagian yang
’terpilih’ itu untuk berperang, membunuh dan mati untuk membuktikan
"kebenaran dan kelebihannya" kepada orang lain di luar pintu besinya.
Mereka
yang tinggal di bagian-bagian lain, akan mempunyai jalan pikir yang sama. Sudah
pasti demikian, karena sejak masih kanak-kanak pikiran mereka sudah diracuni
dengan cerita-cerita yang penuh prasangka (untuk menimbulkan kebencian)
terhadap orang-orang asing. Ketika anak -anak itu sudah menjadi dewasa,
pikirannya sudah dipenuhi dengan kepercayaan bahwa dia adalah yang
"terpilih" oleh Tuhan untuk membela negaranya dari serangan
orang-orang asing. Untuk memenuhi maksud tersebut, kita di Amerika,
mempersiapkan angkatan bersenjata, amunisi dan kapal perang yang semakin megah
dan yang jumlahnya semakin banyak.
Untuk
memenuhi maksud patriotismne, baru-baru ini, Amerika mengeluarkan empat ratus
juta dolar dalam waktu yang singkat. Cobalah kita pikirkan, empat ratus juta
dolar yang diambil dari hasil keringat warga negara (mereka yang membayar
pajak). Sudah pasti, bukanlah orang – orang kaya yang menunjang patriotisme.
Mereka (orang-orang kaya) adalah manusia kosmopolitan, merasa "di
rumah" di setiap negara. Kita di Amerika, tahu mengenai fakta ini dengan
jelas sekali; bukankah, orang kaya Amerika, menjadi orang Perancis di Perancis,
orang Jerman di Jerman, atau orang Inggris di Inggris. Tetapi patriotisme itu
bukanlah untuk mereka yang berkuasa dan yang kaya. Patriotisme, seperti agama,
cukup diterapkan bagi orang awam. Kita diingatkan kepada Frederick the Great,
kawan dekat Voltaire, yang berkata, " agama adalah penipuan (yang
terorganisir), tetapi harus dipertahankan untuk orang awam ".
Patriotisme
adalah sebuah institusi yang mahal, tidak ada orang yang akan menyangkalnya setelah
meneliti statistik di bawah ini. Kenaikan perbelanjaan militer (darat dan
udara) yang besar mengejutkan setiap pelajar ekonomi yang kritis. Dari tahun
1881 sampai 1905, perbelenjaan militer Inggris naik dari $ 2.101.848.936 ke
$4.143.226.885; bagi Perancis, dari $3.324.500.000 ke $3.455.109.900; bagi
Jerman, dari $725.000.200 ke $ 2.700.375.600; bagi Rusia, dari $ 1.900.975.500
ke $ 5.250.445.100; bagi Amerika, dari $ 1.275.500.750 ke $ 2.650.900.450; bagi Itali, dari
$ 1. 600.975.750 ke $1.755.500.100; bagi Jepang, dari $182.900.500 ke $
700.925.475.
Dalam
periode 1881-1905 kenaikan dalam pengeluaran untuk angkatan bersenjata Inggris
naik empat kali lipat; Amerika, tiga kali lipat; Rusia, dua kali lipat; Jerman
35%; Perancis 15% ; dan bagi Jepang, hampir 500%.
Secara
proporsi, pengeluaran militer (darat dan udara) negara-negara tesebut dari
total pengeluaran negara, juga naik (untuk periode 1881-1905)): Di Inggris dari
20 ke 37 %, di Amerika dari 15 ke 23 %, di Prancis dari 16 ke 18%, di Itali
dari 12 ke 15 %, di Jepang dari 12 ke 14%. Tetapi, di Jerman, pengeluaran untuk
militer menurun dari 58 ke 25 %; penurunan ini terjadi karena kenaikan dalam
pengeluaran untuk hal-hal yang lain yang luar biasa besar jumlahnya.
Perbelanjaan
untuk angkatan laut juga sama luar biasa besarnya. Dalam periode yang sama, kenaikan
dalam pengeluaran marinir adalah sebagai berikut: Inggris, 300%; Perancis, 60%;
Jerman, 600%; Amerika, 525%; Rusia, 300%; Itali, 250%; Jepang, 700%.
Dalam
periode 1881-1885, pengeluaran untuk angkatan laut Amerika adalah $6.20 untuk
setiap $100 pengeluaran negara; jumlah ini naik menjadi $6.60 dalam lima tahun
berikutnya, menjadi $8.10 pada lima tahun berikutnya dan akhirnya, $16.10 untuk
periode 1901-1905. Kita bias pasti, berdasarkan statistik yang ada, bahwa
pengeluran tersebut akan terus naik di tahun - tahun berikutnya.
Kenaikan
anggaran perbelanjaan militer dapat kita ilustrasikan lebih jauh dengan
menghitung perbelanjaan tersebut sebagai pajak per kapita. Dari (lima tahun)
periode pertama (1801-1805) sampai periode kelima (1901-1905), perbandingan
pengeluran militer sebagai pajak per kapita dapat kita lihat: di Inggris, dari
$18,47 ke $52,50; di Perancis dari $19,66 ke $23.62; di Jerman dari $10,17 ke
$15.51; di Amerika dari $5.62 ke $13,64 ; di Rusia dari $6,14 ke $8,37; di
Itali dari $9,59 ke $11,24 ; di Jepang dari $0,86 ke $3,11.
Penghamburan
yang luar biasa yang dibutuhkan patriotisme, merupakan alasan yang cukup untuk
menyembuhkan orang yang mempunyai kepandaian rata-rata dari penyakit tersebut.
Orang-orang
awam digalakkan untuk menjadi patriotik, dan untuk kemewahan tersebut mereka harus
bersedia untuk membantu pembela-pembela negara dan kadang mengorbankan anak mereka.
Patriotisme membutuhkan kesetiaan seseorang terhadap bendera, yang artinya kesediaan
untuk membunuh ibu, bapa dan sanak saudara.
Alasan
pro-militarisme yang sering kita dengar adalah "kita membutuhkan angkatan
bersenjata untuk menjaga negara kita dari serangan orang asing." Setiap
orang yang pandai tentunya tahu bahwa alasan tersebut hanya dipakai untuk
menakut-nakutkan dan memaksa mereka yang jahil. Pemerintah negara-negara di
dunia mengetahui keinginan masing-masing dan tidak akan secara sembarang
menyerang satu sama lain. Mereka tahu bahwa keinginan mereka bias dicapai
dengan lebih efektif dengan diplomasi. Bahkan, menurut Carlyle, "perang
adalah perrgaduhan antara dua orang pencuri yang terlalu takut untuk berperang
sendiri; jadi mereka memakai mereka merekrut orang-orang, memberikan mereka
seragam dan senjata, dan membiarkan mereka lepas seperti binatang liar membunuh
satu sama lain.
Setiap
perang yang dikaji, pasti mempunyai sebab yang sama. Misalnya perang Spanyol - Amerika,
yang dikatakan sebagai perang yang hebat dan penuh nilai patriotik dalam
sejarah Amerika. Bagaimana perasaan kita dipenuhi dengan kemarahan terhadap
orang Spanyol yang kejam! Betul, bahwa kemarahan kita tidak bangkit secara
spontan. Perasaan itu dibangkitkan dengan agitasi koran-koran selama
berbulan-bulan.
Tetapi
setelah perang usai dan yang gugur telah dikubur; akibat perang itu dirasakan
oleh orang awam, dalam bentuk kenaikan harga barang-barang dan harga sewa
rumah. Setelah kita sadar dari buaian patriotisme, tiba-tiba kita tahu bahwa sebab
perang Spanyol-Amerika adalah karena harga gula; atau secara lebih kasar,
nyawa, darah dan uang orang Amerika telah dipakai untuk menjaga interest
kapitalis Amerika dalam perdagangan gula. Pernyatan di atas tidaklah dilebih -
lebihkan, tetapi berdasarkan fakta dan angka.
Penggunaan
kekerasan seperti yang disebutkan di atas juga bukan insiden yang langka, contohnya
adalah kebijakan pemerintah Amerika terhadap buruh-buruh di Kuba. Ketika Kuba masih
dikuasai Amerika, pasukan yang sama yang membebaskan Kuba, diperintahkan untuk menembak
buruh tembakau Kuba yang sedang mogok kerja.
Bukanlah
hanya kita (di Amerika) yang melakukan perang untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.
Penyebab perang Rusia-Jepang yang brutal telah diumumkan oleh menteri perang Rusia,
Kuropatkin. Kaisar Rusia dan kerabatnya baru berinvestasi dalam usaha pembuatan
peralatan perang, dan maksud perang tersebut adalah untuk membuka pasar bagi
peralatan perang tersebut.
Alasan
bahwa kekuatan militer yang besar adalah jaminan untuk menjaga perdamaian sama logikanya
dengan pernyataan bahwa individu yang merasa damai adalah dia yang menjaga dirinya
dengan persenjataan yang berat. Pengalaman membuktikan bahwa individu yang bersenjata
mempunyai tendensi untuk memamerkan "kekuatannya". Begitu juga halnya
dengan pemerintah. Negara yang benar-benar ingin perdamaian tidak akan membuang
waktu dan tenaga untuk persiapan perang; inilah perdamaian abadi. Tetapi
keinginan untuk memperbesar kekuatan militer bukanlah karena ancaman dari luar.
Ancaman datang dari dalam negeri; ketidak puasan masa dan buruh atas
pemerintah. Angkatan bersenjata dipersiapkan untuk menangani musuh-musuh
internal tersebut; musuh yang kalau telah kesadarannya bangkit, akan jauh lebih
berbahaya daripada kekuatan asing dari manapun.
Institusi
negara adalah kekuatan yang telah beratus-ratus tahun memperbudak masa melalui penguasaan
psikologi masa. Aparatus negara tahu bahwa sebagian besar masa adalah ’anak kecil’
yang bisa dibujuk dengan mainan. Dan kalau mainan ini semakin berwarna-warni,
mereka akan semakin suka.
Angkatan
bersenjata sebuah negara merupakan "mainan" tersebut. Untuk membuat
"mainan" itu lebih menarik ratusan ribu dolar telah dipakai untuk
"menghiasinya". Contohnya: pemerintah Amerika mengirim satu konvoi
angkatan laut ke Pasifik supaya setiap warga negara Amerika merasa bangga
dengan negaranya itu. Kota San Fransisco menghabiskan seratus ribu dolar untuk
menyambut konvoi tersebut; Los Angeles, enam puluh ribu; Seattle dan Taccoma
sekitar serartus ribu. Untuk menyambut konvoi tersebut?? Untuk makan dan minum
dengan prajurit - prajurit pangkat atas, sedangkan prajurit-prajurit (bawahan)
lainnya harus melakukan unjuk rasa untuk sekedar makan yang cukup. Ya, dua
ratus enam puluh ribu dihabiskan untuk petasan, pesta dan foya-foya, pada waktu
kaum perempuan dan kanak-kanak sedang mengalami kelaparan di seluruh negara;
ketika ribuan penganggur bersedia untuk menjual tenaga mereka semurah - murahnya.
Dua
ratus enam puluh ribu dolar! Apa yang tidak bisa dibeli dengan uang sebanyak
itu? Tetapi,bukan untuk roti dan rumah; anak-anak kota-kota tersebut diajak
untuk melihat pesta penyambutan angkatan laut tersebut, supaya mereka ingapat
dijatuhkan dari pesawat terbang ke target masyarakat. Kita merasa bangga
mengetahui bahwa Amerika akan menjadi Negara terkuat di dunia, dan kemudian
akan menanamkan kaki besinya di leher negara-negara lain. Itu semua adalah
logika patriotisme.
Tetapi,
segala dampak buruk patriotisme terhadap masyarakat awam tidak ada apa-apanya
jika dibandingkan dengan penghinaan dan luka yang dirasakan mereka yang bekerja
di militer. Mereka adalah korban kejahilan dan takhyul yang patut dikasihani.
Dia, pembela dan penjaga negara, apakah yang dapat diberikan patriotisme
terhadap seorang prajurit? Sehari-harinya mereka harus selalu tunduk. Kehidupan
mereka penuh dengan kebiasaan buruk (vice), bahaya dan kematian. Ketika saya
sedang dalam tur memberikan kuliah di San Fransisco, saya mengunjungi sebuah
tempat yang paling indah. Dari sana kita dapat melihat "the Bay" dan "Golden
Gate Park". Tempat itu semestinya digunakan untuk sebuah taman untuk
anak-anak dan untuk pertunjukan musik. Tetapi, di tempat itu dibangun barak
militer yang jelek.
Di
barak yang menyedihkan tu, prajurit-prajurit diangon seperti binatang. Di situ
mereka membuang waktu mengelap sepatu lars dan lencana mereka untuk
diperlihatkan kepada pemimpin mereka. Kehidupan bagi prajurit seringkali tidak
mempersiapkannya untuk hidup kembali secara normal dalam masyarakat. Kebanyakan
dari mereka tidak mempunyai keterampilan yang dibutuhkan dalam kehidupan
bermasyarakat. Bagi mereka yang mempunyai keterampilan, kadang mereka tidak
bisa beeradaptasi dengan kehidupan normal, dan keterampilannya tersebut tidak
dapat sepenuhnya dimanfaatkan. Mereka terbiasa dengan kehidupan yang
"idle" (pasif) dan penuh dengan petualangan (adventure). Tidak ada
pekerjaan normal yang bisa memuaskan diri mereka. Pendek kata, mereka tidak
lagi dapat melakukan pekerjaan yang bermanfaat bagi masyarakat.
Tetapi,
biasanya yang masuk barak itu adalah eks tahanan; karena mereka susah mencari penghidupan
atau memang karena mentalitas mereka sesuai dengan kehidupan militer. Sesudah
kontrak militer selesai, biasanya mereka akan kembali kepada kehidupan
kriminal, lebih zalim dari sebelumnya. Di Amerika memang lumayan banyaknya eks
serdadu yang meringkuk di penjara; dan angkatan bersenjata juga dipenuhi dengan
eks tahanan.
Dari semua akibat patriotisme yang telah
saya jelaskan, yang paling merusakkan adalah pelecehan harga diri seseorang seperti
yang diderita oleh serdadu William Buwalda. Karena dia dengan bodohnya percaya
bahwa dia bisa menjadi seorang tentara dan juga dapat menerima hak penuhnya
sebagai manusia, otoritas militer telah memberikan hukuman berat baginya.
Memang betul bahwa dia telah bertugas
untuk negara selama lima belas tahun, dan dalam waktu itu, arsipnya bersih dan
sempurna. Menurut Jendral Funston yang meringankan hukumannya menjadi tiga
tahun penjara, "tugas seorang serdadu adalah kesetiaan yang tidak dapat
dipertanyakan kepada pemerintah, meskipun dia tidak setuju dengan pemerintah tersebut."
Funston telah menjelaskan arti kesetiaan. Menurutnya, jika seseorang masuk
militer, dia secara otomatis menolak Deklarasi Kemerdekaan (bagi dirinya).
Memang
suatu perkembangan yang aneh, patriotisme membuat seorang mahluk yang berpikir menjadi
mesin yang terprogram. Untuk membenarkan hukuman yang dijatuhkannya kepada Buwalda,
Funston memberi tahu orang Amerika bahwa tindakan serdadu itu adalah
"tindakan kriminal yang serius yang sama beratnya dengan pengkhianatan
." Apakah tindakan tersebut? William Buwalda adalah salah satu dari seribu
lima ratus orang yang menghadiri sebuah pertemuan di San Fransisco, dan dia
berjabat tangan dengan orator Emma Goldman.
Buwalda
telah memberikan hidup dan kejantanannya bagi negaranya. Tetapi semua itu tidak
ada artinya. Patriotisme, seperti monster yang tak pernah kenyang, menghendaki
semuanya. Patriotisme tidak mengakui bahwa seorang serdadu itu juga adalah
seorang manusia, yang mempunyai perasaan dan opininya sendiri, kesukaan dan
pahamnya. Tidak, patriotisme tidak dapat mengakui itu. Hal itu adalah
pengalaman yang harus dipelajari oleh Buwalda; pelajaran yang mahal. Kalau dia
sudah dibebaskan, dia akan kehilangan kerjanya di militer tetapi dia akan
memperoleh kembali harga dirinya. Setelah usai, kebebasan itu memang berharga
’tiga tahun penjara.’
Seorang
penulis mengenai kondisi militer Amerika, dalam sebuah artikel baru-baru ini, memberikan
komentar tentang kekuasaan yang dipunyai seorang pemimpin militer atas masyarakat
sipil di Jerman. Penulis itu berkata bahwa Republik kita (Amerika) tidak
mempunyai arti lain, tetapi hanya untuk menjamin hak yang sama bagi semua
orang; dan itu membenarkan keberadaannya.
Saya
yakin bahwa penulis itu tidak berada di Colorado semasa rezim patriotik
Jenderal Bell. Dia
mungkin
akan menukar pikirannya, kalau dia menyaksikan bagaimana orang-orang dilempar
ke dalam kandang kerbau, diseksa dan diperlakukan dengan tindakan-tindakan yang
merendahkan; semuanya dilakukan dalam nama patriotisme dan republik (Amerika).
Kejadian di Colorado hanyalah sebuah contoh bukti perkembangan militer di
Amerika. Jika ada pemogokan, jarang sekali tentara dan anggota militia tidak
dikerahkan untuk melindungi mereka yang berkuasa; dan jarang sekali mereka
tidak bertindak brutal dan sombong seperti orang-orang yang memakai seragam
Kaiser.
Suatu
kemalangan bagi penulis-penulis di negara ini adalah mereka sama sekali tidak
tahu mengenai hal-hal yang baru terjadi (current affairs) atau mereka tidak
mempunyai kejujuran untuk memberitakan apa yang terjadi. Penulis kita itu
menyatakan bahwa militer tidak akan menjadi kekuatan di Amerika seperti di luar
negeri, karena pendaftaran militer adalah sukarela, bukannya keharusan seperti
di negara -negara lain. Tetapi penulis ini lupa mempertimbangkan dua fakta yang
sangat penting. Pertama, wajib militer di Eropa telah menimbulkan kebencian terhadap
militer oleh seluruh kelas-kelas masyarakat. Beribu-ribu rekrut baru
mendafatardengan terpaksa, dan setelah mereka berada di barak, mereka akan
berusaha sekuat tenaga untuk meninggalkannya. Kedua, wajib militer lah yang
telah menimbulkan gerakan-gerakan anti militer yang kuat, yang merupakan
kekuatan yang paling ditakuti oleh pemerintah-pemerintah di Eropa. Gerakan dan
sentimen anti militarisme dianggap sebagai ancaman bagi pemerintah (kapitalis)
karena benteng yang melindungi dan memperkuat kapitalisme adalah militarisme. Pada
saat militarisme dikalahkan, kapitalisme akan hancur.
Memang
betul bahwa tidak ada wajib milliter di negara kita, pemuda/i kita tidak
dipaksa untuk menjadi tentara, tetapi ada paksaan yang lebih hebat: mereka yang
masuk dalam militer berbuat demikian karena kebutuhan. Bukankah suatu fakta
bahawa dalam depresi industrial, pendafatran masuk militer meningkat dengan
drastis? Karir dalam militer bukan hanya menarik dan dihargai, tetapi juga
lebih baik daripada susah-susah mencari pekerjaan, antri roti atau tidur di
tempat-tempat amal. Karir tersebut setidak-tidaknya memberikan tiga belas dolar
sebulan, tiga kali makan setiap harinya dan tempat untuk tidur. Tetapi bagi
mereka yang mempunyai harga diri dan prinsip, kebutuhan bukanlah alasan untuk
masuk militer. Kita tidak perlu heran kalau otoritas militer menyatakan bahwa
materi orang-orang yang mendaftar belakangan ini berkualitas buruk. Pernyataan
ini adalah tanda yang baik. Artinya rata-rata orang Amerika masih mempunyai
sifat mandiri, cinta kebebasan dan berani menanggung resiko kelaparan daripada
memakai seragam.
Orang-orang
bijak di seluruh dunia mulai sadar bahwa patriotisme adalah sebuah konsep yang picik
dan terlalu sempit untuk memenuhi kebutuhan zaman sekarang. Sentralisasi
kekuasaan telah menimbulkan solidaritas internasional antara mereka yang
tertindas; solidaritas anatara kaum buruh di Amerika dan diluar negeri;
solidaritas yang tidak perlu takut dengan serangan dari luar, karena kaum buruh
akan membuat pernyataan kepada majikan mereka,"kalau anda mau membunuh
silahkan lakukan pembunuhan tersebut sendiri, kami telah melakukannya untuk
anda untuk cukup lama."
Solidaritas
itu juga telah menyadarkan tentara-tentara bahwa mereka semua adalah bagian
dari umat manusia. Contohnya, tentara-tentara Paris menolak menjalankan
perintah untuk membunuh saudara-saudara mereka dalam revolusi ’Commune 1871.’
Solidaritas tersebut juga telah memberikan keberanian kepada tentara angkatan
laut Rusia untuk berontak dalam kapal perang mereka. Solidaritas akhirnya akan
mempersatukan kaum tertindas untuk melawan penindas mereka. Kaum proletar Eropa
telah sadar dengan kekuatan dashyat solidaritas, dan karena itu telah
menyatakan perang terhadap patriotisme dan militarisme. Beribu-ribu orang memenuhi
penjara-penjara di Prancis, Jerman, Rusia dan Scandinavia karena mereka berani melawan
tahkyul kuno tersebut (patriotisme). Gerakan ini juga tidak hanya terbatas
dengan kaum buruh, tetapi juga seniman, sastrawan/ita dan ahli tehnik.
Amerika
harus mengikuti gerakan solidaritas tersebut. Mentalitas militer telah tertanam
dalam kehidupan sehari-hari orang Amerika. Saya percaya bahwa militarisme
sangat berbahaya karena mereka didukung kaum kapitalisme (sebaliknya kaum
kapitalis sangat membutuhkan mereka untuk menjaga kepentingan mereka).
Institusi
yang paling dahulu diracuni dengan mentalisme militarisme tersebut adalah
sekolah. Pemerintah mempunyai konsep ,"Berilah seorang anak itu kepada
saya dan saya akan mengajarnya menjadi ’orang.’ Anak-anak diajari taktik
militer, perjuangan militer diagung – agungkan dalam kurikulum pendidikan dan
pikiran anak-anak itu dibentuk supaya sesuai dengan tujuan negara. Pikiran
anak-anak yang masih ’murni’ tersebut dibanjiri dengan moralitas patriotisme.
Kaum pekerja Amerika telah banyak menderita di tangan tentara, dan kejijikannya
terhadap parasit berseragam itu memang beralasan kuat. Tetapi kebencian saja tidak
dapat menyelesaikan masalah tersebut. Yang kita perlukan adalah pendidikan
propaganda untuk tentara-tentara; bacaan-bacaan anti patriotik yang akan
menyadarkan mereka akan keburukan ’pekerjaannya’ itu dan yang akan menyadarkan
mereka akan hubungan yang sebenarnya antara mereka dan kaum pekerja yang dengan
hasil kerjanya menghidupi mereka. Tepatnya inilah yang paling ditakuti oleh
pemerintah. Bagi seorang tentara, sekedar menghadiri pertemuan yang radikal
saja sudah dianggap sebagai pengkhianatan, apalagi kalau dia membaca pustaka
radikal. Tetapi bukankah merupakan sifat pemerintah yang selalu mengecap segalanya
yang berbau kemajuan sebagai khianat/subversif ? Bagi mereka yang berjuang
untuk mengubah keadaan sosial mustilah bersedia untuk menghadapi semua itu;
karena mungkin lebih penting untuk menyebarkan kebenaran di dalam barak
daripada di dalam pabrik. Kalau kita dapat mengabaikan patriotisme, kita telah
membuka jalan menuju masyarakat yang bebas dimana semua nationalitas berada di
bawah naungan persaudaraan universal.