Perjuangan Ekologi Masyarakat Papua Barat


Di sela-sela perjuangan Rakyat Papua untuk menentukan nasib sendiri, di tingkat lokal masyarakat Papua terus melawan industri penebangan dan pertambangan yang merusak hutan mereka. Berikut adalah dua kisah perlawanan masyarakat terakhir dari daerah dekat dengan ibukota Papua Jayapura, sumber : Aldepe dan hidup biasa.


 


Keerom - Karena merasa terganggu dengan bunyi mesin pemotong kayu yang terdengar hampir setiap hari dan ditambah laporan warga kampung yang keluar dan masuk ke hutan tentang adanya kamp para penebang kayu di hutan mereka, para pemuda dan orang tua di Arso yang berjumlah 20 orang bersepakat untuk mengecek sendiri ke Hutan(05/03/2012).

Wilayah hutan ini biasa disebut hutan segitiga emas yang merupakan hutan milik tiga kampung besar, yaitu Arso, Workwana, dan Wambes.

Seperti yang diduga sebelumnya, di dalam hutan mereka menemukan 2 tempat yang sudah dihubungkan dengan jalan rel (jalan yang terbuat dari potongan-potongan kayu) tempat para penebang keluar masuk menarik kayu dengan menggunakan motor.

Di tempat pertama hanya ada satu kamp. Di kamp itu mereka menyita 2 mesin pemotong kayu dan mengambil keterangan dari 3 orang penebang yang pas berada di lokasi. Kemudian masyarakat mengusir mereka pergi.

Rombongan masyarakat pun melanjutkan perjalanan ke tempat berikutnya. Mungkin karena mendapat informasi dari teman-teman di lokasi pertama, di lokasi kedua  hanya tersisa satu orang, mesin pemotong kayu tidak ditemukan.

Warga yang emosi hampir saja memukul penebang tersebut namun dihalangi oleh yang lain. Di kamp kedua tersebut,ada 4 kamp yang dilengkapi dengan TV, speaker, persediaan makanan, pakaian, dll. Di situ juga warga menemukan dua motor yang biasanya digunakan untuk menarik kayu. Akibat emosi, masyarakat kemudian merusak dan membakar kamp-kamp dan semua isinya, termasuk kamp di tempat pertama. Dua motor yang ada di situ, juga ikut dibakar.

Berdasarkan keterangan dari para penebang, mereka sudah mendapat ijin dari ondoafi kampung Workwana, sementara warga Arso merasa penebangan yang mereka lakukan sudah masuk jauh ke wilayah Arso.

Beberapa warga yang ditemui di Kampung Arso Kota pada Selasa 6 Maret 2012 mengaku masih marah “Sedih sekali lihat hutan itu, kayu besi yang kecil-kecil juga mereka tebang” ujar Wenderlinus Tuamis, salah satu pemuda yang ikut pada peristiwa itu.

Sementara itu menurut Franky Borotian, selama ini mereka sengaja membiarkan karena sebelumnya ada juga warga dari Workwana meminta kayu untuk membuat rumah “Waktu itu ada saudari satu minta ijin untuk buat rumah, tetapi ternyata ada yang pake untuk bisnis”,katanya.

Masalah tersebut sudah diserahkan kepada dewan adat. Mereka meminta agar Dewan Adat bisa menyelesaikannya dengan bijaksana agar tak menimbulkan konflik antar warga. Apalagi segi tiga emas merupakan hutan tempat mencari makan warga karena wilayah hutan lainnya kini sudah diduduki dengan dua perkebunan sawit besar yaitu PTPN II dan PT Tandan Sawita Papua ( bagian dari Rajawali Group milik Peter Sondakh )